JAKARTA : Sebelum terjadinya “teror” Solo, telah
terjadi pertemuan secara tertutup di markas Kopassus Kartosuro antara Direktur
Penindakan BNPT, Brigjen (Pol) Petrus R Golose dengan jajaran Dandim, Komandan
Kopassus Grup 2, Kapolres se-Solo Raya dan dan perwakilan dari Detasemen Khusus
(Densus) 88 Antiteror.
“Saya baca di media, tiga bulan sekitar bulan Juni sebelum ada ‘teror’ Solo,
ada pertemuan petinggi BNPT dengan pejabat militer dan polisi seluruh Jawa
Tengah di markas Kopassus Kartosuro yang katanya membahas penanggulangan
antiteror. Apa gunanya pertemuan itu kok tiba-tiba ada ‘teror’,” kata mantan
Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana Pertama TNI Purn Mulyo Wibisono kepada itoday, Sabtu
(8/9/2012).
Untuk diketahui, pertemuan di markas Kopassus Kartosuro yang
dimaksud Mulyo terjadi pada Kamis, 21 Juni 2012.
Menurut Mulyo, pertemuan itu seharusnya sudah mengetahui
jaringan “teroris”, termasuk yang terbaru dan dapat mengantisipasi adanya
“teror”, terlebih lagi di Solo.
“Pertemuan BNPT di Kartosuro masih wilayah Solo yang katanya
sumber “teroris”, masih juga kecolongan. Saya minta pertemuan itu dibongkar
saja, apa sih isinya, biar masyarakat tahu dan tidak curiga sepak terjang BNPT
dan Densus,” ungkap Mulyo.
Mulyo mencurigai kemunculan “teroris” Solo kemungkinan
rekayasa pihak BNPT untuk mendapatkan kucuran dana. “Kemunculan ‘teroris’ itu
menguntungkan polisi dan BNPT. Mereka mendapatkan keuntungan dari proyek
‘teroris’,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, dalam menjalankan “Proyek Terorisme”
itu, pihak BNPT bisa juga melakukan operasi intelijen dengan menyusup kepada
orang-orang yang ingin melakukan “teror”.
“Memunculkan ‘teror’ itu biasa dalam operasi intelijen agar
orang-orang yang diduga ‘teroris’ itu muncul. Dan dengan munculnya ‘teroris’
akan memberikan keuntungan bagi polisi dan BNPT,” pungkasnya.
(itoday/salam-online/risalahtauhidnews)
0 komentar:
Posting Komentar