Senin, 03 September 2012

Penuh Kejanggalan dan tindakan Arogan dari Densus 88 dalam Proses Penangkapan di Solo


http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/09/mujahid-farhan-dan-mukhsin.jpgSOLO – Pasca penembakan dua orang yang terduga mujahid, di Jalan Veteran Tipes Solo, seolah menutup kerja keras tim penyidik Kepolisian Resor Kota Surakarta yang telah menangkap pelaku penembakan dan pelemparan granat di pos pengamanan Kota Solo yang terjadi 17,18 Agustus lalu, dimana Polisi menangkap seorang pelaku bernama NB.
NB diketahui adalah seorang anak anggota TNI di Kebumen, Jawa Tengah. Selain itu, NB ternyata juga mantan anggota Polri.

NB ditangkap di rumah orang tuanya di Desa Semanding Kecamatan Gombong, Kebumen pada tanggal 20 Agustus 2012 lalu. Dari rumah orang tuanya, NB lalu dibawa ke Solo. (sumber: merdeka.com).
Namun tertembaknya Farhan dan Muchlis seolah sebagai kambing hitam untuk menguatkan tindakan densus 88 melakukan pembunuhan kepada mereka berdua.  Sebagaimana yang dikatakan oleh Jubir Presiden Julian Aldri “Beberapa menit lalu dilaporkan oleh Kapolri ke Presiden, telah berlangsungnya penyergapan terhadap kelompok orang yang diduga jaringan teroris. Mereka adalah pelaku teror penembakan tanggal 17, 18 dan 30 Agustus kemarin,” tutur Jubir Presiden, Julian, Jumat dikutib dari Solopos.com.
Padahal sudah jelas bahwa Tim penyidik Kepolisian Resor  Kota Surakarta telah melakukan penangkapan terhadap pelaku teror penembakan tanggal 17 di pospam Gemblegan dan tanggal 18 di pospam Gladag Solo, yang ternyata pelakunya adalah seorang desertir polisi yang berinisal NB. Adapun penembakan Densus 88 terhadap 2 orang di Tipes jumat malam lalu, seolah menutup semua hasil penyidikan Kepolisian Surakarta dan membebankan semua kasus teror di Solo kepada dua orang yang telah ditembak mati oleh Densus 88 yang sebenarnya, mungkin tidak dilakukan oleh mereka berdua.
Hal ini semakin menambah deretan kejanggalan-kejanggalan dan rekayasa dalam  penyergapan yang dilakukan Densus 88 di Solo jumat kemarin (31/8) yang menewaskan Farhan dan mukhlis, yang hanya beberapa media yang mau memberitakannya. Di samping itu, apa yang dilakukan polisi dan densus 88 dalam melakukan penyergapan terkesan tidak professional dan terlihat arogan, seakan mereka disiapkan seperti mesin pembunuh di hadapan umat Islam, akan tetapi tumpul ketika pelaku bukan dari umat Islam (lihat kasus OPM). (risalahtauhidnews)

0 komentar:

Posting Komentar