JAKARTA : Sebelum terjadinya “teror” Solo, telah
terjadi pertemuan secara tertutup di markas Kopassus Kartosuro antara Direktur
Penindakan BNPT, Brigjen (Pol) Petrus R Golose dengan jajaran Dandim, Komandan
Kopassus Grup 2, Kapolres se-Solo Raya dan dan perwakilan dari Detasemen Khusus
(Densus) 88 Antiteror.
“Saya baca di media, tiga bulansekitar bulan Juni sebelum ada ‘teror’ Solo,
ada pertemuan petinggi BNPT dengan pejabat militer dan polisi seluruh Jawa
Tengah di markas Kopassus Kartosuro yang katanya membahas penanggulangan
antiteror. Apa gunanya pertemuan itu kok tiba-tiba ada ‘teror’,” kata mantan
Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana PertamaTNI Purn Mulyo Wibisono kepada itoday, Sabtu
(8/9/2012).
Untuk diketahui, pertemuan di markas Kopassus Kartosuro yang
dimaksud Mulyo terjadi pada Kamis, 21 Juni 2012.
Menurut Mulyo, pertemuan itu seharusnya sudah mengetahui
jaringan “teroris”, termasuk yang terbaru dan dapat mengantisipasi adanya
“teror”, terlebih lagi di Solo.
“Pertemuan BNPT di Kartosuro masih wilayah Solo yang katanya
sumber “teroris”, masih juga kecolongan. Saya minta pertemuan itu dibongkar
saja, apa sih isinya, biar masyarakat tahu dan tidak curiga sepak terjang BNPT
dan Densus,” ungkap Mulyo.
Mulyo mencurigai kemunculan “teroris” Solo kemungkinan
rekayasa pihak BNPT untuk mendapatkan kucuran dana. “Kemunculan ‘teroris’ itu
menguntungkan polisi dan BNPT. Mereka mendapatkan keuntungan dari proyek
‘teroris’,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, dalam menjalankan “Proyek Terorisme”
itu, pihak BNPT bisa juga melakukan operasi intelijen dengan menyusup kepada
orang-orang yang ingin melakukan “teror”.
“Memunculkan ‘teror’ itu biasa dalam operasi intelijen agar
orang-orang yang diduga ‘teroris’ itu muncul. Dan dengan munculnya ‘teroris’
akan memberikan keuntungan bagi polisi dan BNPT,” pungkasnya.
(itoday/salam-online/risalahtauhidnews)
JAKARTA – UstadzSon
Hadi selaku Direktur JAT Media Center (JMC), membantah dengan keras tuduhan
dari Kepala BNPT Ansyaad Mbai yang menuding bahwa Amir Jama’ah Ansharut Tauhid
(JAT) Ustad Abu Bakar Ba’asyir berada dibalik teror Solo yang menewaskan
seorang polisi.
Namun sebaliknya, ustadz Son Hadi menilai tuduhan itu
hanyalah bualan Ansyaad Mbai. Bahkan ia melihat hal itu adalah intrik untuk
menutupi sejumlah kejanggalan dalam penyergapan Densus 88, di Jl. Veteran,
Solo, pada hari Jum’at (31/9/2012).
“Ada intrik di balik bualan Ansyaad Mbai yaitu; satu, dia
ingin lari dari tanggung jawab hukum atas tindakan brutal Densus 88 yang
membantai aktivis Muslim. Padahal, seharusnya ia menjelaskan secara hukum, apa
keterkaitan Farhan Cs dengan 3 peristiwa penembakan sebelumnya. Kenapa Farhan
harus dibunuh? Sudah menjadi rahasia umum banyak kejanggalan dalam penembakan
di Tipes, Solo.
Kedua, kenapa jasad Suherman langsung dimakamkan tanpa
diotopsi terlebih dulu sehingga publik tahu peluru siapa sebenarnya yang
menyebabkantewasnya Farhan Cs,” papar
ustadz Son Hadi kepada voa-islam.com, Senin (3/9/2012).
Selanjutnya, ustadz Son, sapaan akrabnya, menilai Ansyaad
Mbai tak layak memimpin sebuah lembaga negara lantaran tak menghormati asas
praduga tak bersalah. “Asas praduga tak bersalah benar-benar tak dipatuhi oleh
Ansyaad. Ini menunjukkan dia tak menghormati dan menegakkan hukum dalam
pemberantasan terorisme. Lantas apakah pantas orang semacam ini memimpin
lembaga negara?” ungkapnya.
Selain itu, ustadz Son Hadi menilai Ansyaad telah melakukan
penyesatan dan pembodohan publik. Hal ini terlihat dari pernyataan Anysaad yang
simpang siur. Ansyaad mengatakan bahwa Farhan baru keluar dari Ngruki, padahal
sebelumnya BNPT dan pihak kepolisian menyatakan Farhan baru pulang dari
Filipina Selatan.
“Yang jelas pernyataan Ansyaad menyesatkan sekaligus sebuah
pembodohan publik oleh seorang kepala BNPT,” tandasnya.
Sementara itu juga Politisi Partai Demokrat Ramadhan Pohan
menyayangkan pernyataan Ansyaad Mbai yang menuduh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir
yang mengendalikan aksi teror kepada polisi yang belakangan ini terjadi di
Solo, Jawa Tengah.
Dia meminta agar Ansyaad Mbai tidak melontarkan pernyataan
tanpa didukung dengan bukti-bukti kuat. "Jangan hanya wacana, langsung
saja diperiksa, masalah teroris ini jangan hanya wacana. Jangan mengeluarkan
pernyataan yang tidak ada bukti-bukti," kata Ramadhan di Jakarta, Selasa
(4/9/2012). seperti dikutip dari suara-islam.online
Jika tidak didukung dengan bukti, Ansyaad Mbai dinilai telah
menzalimi Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang sudah dipenjara dengan tuduhan terkait
aksi terorisme yang pernah terjadi di Indonesia. "Masak dipenjara kita
zalimi lagi," ucapnya.
Menurut Pohan, kasus teror yang terjadi di Solo tidak ada
keterlibatan pimpinan pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki di Sukoharjo, Solo,
Jawa Tengah itu. [voa/si/risalahtauhidnews]
JAKARTA - Jihad adalah amal wajib yang harus lebih dicintai dari semua yang ada di dunia ini. Demikian statement terbaru Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) ketika dikunjungi, Selasa (04/09/2012). Tanpa jihad, Islam dan ummat Islam menjadi lemah.
Pada hari Selasa kemarin, 17 Syawwal 1433 Hijriyyah, atau bertepatan dengan tanggal 4 Agustus 2012, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memberikan beberapa taushiyahnya kepada beberapa tamu yang hadir menjenguknya, diantaranya beliau mengatakan :
"Saudara-saudara, yang wajib kita cintai di dalam hidup ini, adalah (urutannya) ; 1. Cinta Kepada Alloh, 2. Cinta Kepada Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam, 3. Cinta Kepada Jihad fii sabilillah.
Alloh Subhanahu wata'alaa menegaskan di dalam firman-Nya :
"Katakanlah: Jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RosulNya dan Berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya. Dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang fasik."(QS. At-Taubah (9):24).
Ustadz ABB melanjutkan :
Maka jihad adalah amal wajib yang harus lebih dicintai dari semua yang ada di dunia ini.
Karena jihad merupakan kunci kemenangan Islam dan ummat Islam di dalam memperjuangkan tegaknya Daulah (Negara) Islamiyyah serta terjaminnya keamanan dan kemuliaan kehidupan ummat Islam. Tanpa jihad Islam dan ummat Islam menjadi lemah. Allahu Akbar! (almustaqbal/risalahtauhidnews)
SOLO – Pasca penembakan dua orang yang terduga
mujahid, di Jalan Veteran Tipes Solo, seolah menutup kerja keras tim penyidik
Kepolisian Resor Kota Surakarta yang telah menangkap pelaku penembakan dan
pelemparan granat di pos pengamanan Kota Solo yang terjadi 17,18 Agustus lalu,
dimana Polisi menangkap seorang pelaku bernama NB.
NB diketahui adalah seorang anak anggota TNI di Kebumen,
Jawa Tengah. Selain itu, NB ternyata juga mantan anggota Polri.
NB ditangkap di rumah orang tuanya di Desa Semanding
Kecamatan Gombong, Kebumen pada tanggal 20 Agustus 2012 lalu. Dari rumah orang
tuanya, NB lalu dibawa ke Solo. (sumber: merdeka.com).
Namun tertembaknya Farhan dan Muchlis seolah sebagai kambing hitam untuk menguatkan tindakan densus 88 melakukan pembunuhan kepada mereka berdua. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jubir Presiden Julian Aldri “Beberapa menit lalu dilaporkan oleh Kapolri ke Presiden, telah berlangsungnya penyergapan terhadap kelompok orang yang diduga jaringan teroris. Mereka adalah pelaku teror penembakan tanggal 17, 18 dan 30 Agustus kemarin,” tutur Jubir Presiden, Julian, Jumat dikutib dari Solopos.com. Padahal sudah jelas bahwa Tim penyidik Kepolisian Resor Kota Surakarta telah melakukan penangkapan terhadap pelaku teror penembakan tanggal 17 di pospam Gemblegan dan tanggal 18 di pospam Gladag Solo, yang ternyata pelakunya adalah seorang desertir polisi yang berinisal NB. Adapun penembakan Densus 88 terhadap 2 orang di Tipes jumat malam lalu, seolah menutup semua hasil penyidikan Kepolisian Surakarta dan membebankan semua kasus teror di Solo kepada dua orang yang telah ditembak mati oleh Densus 88 yang sebenarnya, mungkin tidak dilakukan oleh mereka berdua. Hal ini semakin menambah deretan kejanggalan-kejanggalan dan rekayasa dalam penyergapan yang dilakukan Densus 88 di Solo jumat kemarin (31/8) yang menewaskan Farhan dan mukhlis, yang hanya beberapa media yang mau memberitakannya. Di samping itu, apa yang dilakukan polisi dan densus 88 dalam melakukan penyergapan terkesan tidak professional dan terlihat arogan, seakan mereka disiapkan seperti mesin pembunuh di hadapan umat Islam, akan tetapi tumpul ketika pelaku bukan dari umat Islam (lihat kasus OPM). (risalahtauhidnews)
SOLO - Aksi represif aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror saat menangkap terduga teroris Bayu Setiono di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (31/8) malam, disayangkan keluarga. Pasalnya, ayah mertua Bayu yang sudah lanjut usia ikut babak belur dipukuli aparat. Wiji Siswo Suwito, ayah mertua Bayu, tergolek tak berdaya. Ia menderita serius di bagian mata dan sebagian muka. Pria berusia 65 tahun ini dianggap melawan aparat saat aparat Densus 88 menggerebek rumahnya di Dusun Tempel, Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo. Akibatnya, pukulan bertubi-tubi mendarat di muka kakek berusia lanjut ini. Tidak hanya itu, pintu kamar dirusak dengan palu besar. Tangannya diborgol dengan lakban. Ada jaitan dibawah mata. Menurut Istrinya Setyoini, 2 Hp Bayu dan 1 HP nya dirampas Densus 88, Kendaraan dibawa. Tidak ada surat penangkapan maupun surat penyitaan’ Menurut Sekjen LUIS Yusuf Yuparno ketika menerima ayah Bayu di Sekretariat LUIS, apa yang dilakukan Densus 88 sudah diluar prosedur. Cara-cara kasar, tidak manusiawi,penangkapan tanpa surat resmi adalah perbuatan melawan hukum.dan melanggar HAM. Sementara itu menurut Humas LUIS Endro Sudarsono, berpendapat bahwa Mabes Polri terlalu cepat mengkaitkan Bayu dengan Kejadian penembakan di Pospam Gemblegan, Peledakan di Gladag maupun Penembakan di Singosaran. Ada yang aneh dan Janggal. Dengan menembak mati F dan M di jalan Veteran Tipes Serengan Polri justru sulit membuktikan bahwa Bayu adalah pelaku dari kasus teror di Solo. (endro/risalahtauhidnews)
Pembantaian dan kekejian lainnya terhadap Muslim Rohingya di Burma
(Myanmar)-terutama di Arakan-sebenarnya bukan pertama kalinya di tahun
ini, namun dimulai pertengahan tahun ini penindasan terhadap Muslim di
Arakan meningkat tajam hingga mengejutkan mata dunia.
Selama ini, media Islam-lah yang berusaha untuk mengungkap tragedi
berdarah yang menimpa umat Islam di Burma disaat media internasional
'kelas atas' pada umumnya bungkam, sehingga banyak orang di dunia tidak
mengetahui apa yang terjadi sebenarnya terhadap Muslim Rohingya. Namun,
fakta-fakta yang dipaparkan selama ini oleh media Islam masih saja
menghadapi berbagai hujatan dan kritikan dari orang-orang yang ragu,
meskipun sumbernya dari mereka yang memiliki koneksi langsung ke Muslim
Rohingya di Arakan. Terlebih lagi, beredarnya beberapa foto-foto hoax tentang genosida Muslim Rohingya baru-baru ini juga dijadikan alasan sebagian orang untuk tidak mempercayai fakta yang ada. Walaupun
begitu, fakta tetaplah fakta, yang pasti akan terungkap meskipun
disembunyikan dan meskipun banyak orang yang meragukan.
Berikut ini adalah sebuah pemaparan fakta terkait genosida atau upaya
pembersihan etnis Muslim Rohingya di Burma yang ditulis dan
dipublikasikan oleh salah satu media jihad, Global Islamic Media Front,yang diterjemahkan oleh tim Maktabah Jahizuna,
berdasarkan laporan kredibel dari tempat kejadian, untuk mengungkapkan
kenyataan yang sebenarnya terjadi dan bantahan bagi orang-orang yang
meragukan genosida ini dan bahwa kerusuhan etnis ini bukan dipicu oleh
kaum Muslimin.
***
Sebab Awal Pembantaian ini?
Pembantaian ini di awali dari fitnah yang disebarkan oleh orang-orang
Budha Rakhine terhadap minoritas Muslim Rohingnya. Dimana dikatakan
bahwa tiga pemuda Muslim telah membunuh dan memperkosa seorang wanita
berusia 26 tahun. Tentu saja semua itu bohong. Dimana sebenarnya
perempuan itu diperkosa dan dibunuh oleh pacarnya bersama beberapa gang
pemuda Budha Rakhine. Peristiwa pembunuhan itu di awali ketika sang
gadis ingin "putus" dengan sang pacar dikarenakan dia jatuh hati pada
laki-laki lain. Maka sang laki-laki pun berusaha membujuk agar tidak
putus. Namun ternyata ditolak, maka sang mantan pacar ini marah dan
kemudian mengajak dua temannya untuk membalas dendam dengan memperkosa
dan membunuh sang gadis.
Lalu para pembunuh itu meletakkan mayat gadis itu di dekat desa
Muslim. Kemudian orang-orang Budha Rakhine dan Quaffer Burma (Otoritas
Myanmar) menuduh bahwa orang-orang Muslim membunuh perempuan itu.
Akibatnya, tiga pemuda Muslim yang tidak bersalah ditangkap. Satu
dipukuli hingga tewas dan dua lainnya dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan. Inilah fakta yang ditunjukkan oleh Pemerintah Budha Burma
kepada dunia, bahwa mereka berani menciptakan peristiwa dan kasus palsu
hanya untuk mencari kesempatan membunuh Umat Islam Rohingnya. Situasi Muslim Rohingya Sebelum Awal Genosida ini
Beberapa bulan sebelumnya, para ekstrimis Budha Rakhine dan
Xenophobia, mereka banyak membuat propaganda-propaganda anti Muslim
Rohingnya. Dan semua itu direlease baik di dalam maupun di luar Burma.
Dengan mengusung slogan lama yakni "Rohingnya (sebutan untuk Muslim di
sana -pent) bukanlah orang Burma, mereka adalah imigran gelap dari
Bangladesh". Dengan maksud untuk memusnahkan dan mengusir Kaum Muslimin
di sana.
Anehnya, seluruh kejadian yang ada (protes dan sebagainya -pent)
seperti telah diorganisir dan seluruh kejadian yang terjadi sesuai
dengan statemen dan skema yang pernah dikeluarkan oleh beberapa Menteri
dan Pihak Pemerintah yang berkuasa. Bagaimana Pembantaian itu Dimulai dan Apa Yang Terjadi Setelah itu?
Pada tanggal 3 Juni 2012, Rombongan Jemaah Muslim Rangoon yang baru
kembali dari pengajian dan wisata rohani di Masjid Thetsa di daerah
Thandwe di Negara bagian Arakan Selatan. Para Jamaah mengendarai bus
yang menuju daerah Rangoon, namun di tengah perjalanan mereka dihadang
oleh massa Budha Rakhine di kota Taungup di Negara Arakan bagian
selatan. Lalu tiba-tiba massa mengamuk dan berusaha membunuh semua
penumpang. Dimana seorang pemandu, kernet dan seorang wanita meninggal.
Lalu di pihak Jemaah 8 orang Jemaah tewas. Dan lima Jamaah lainnya dapat
melarikan diri dengan selamat.
Kejadian ini terjadi di depan Kantor Imigrasi. Pada mulanya gerombolan Teroris Budha Rakhine itu menghentikan bus naas
yang berplat nomor 7 (GA) 7868 ini. Mereka menghentikan bus tepat di
depan gerbang Imigrasi. Sembari membawa senjata mereka menurunkan semua
penumpang bus dan berteriak, "Turun semua, kami mencari orang-orang
asing !!!" (sebutan untuk kaum Muslimin Rohingnya, yang tidak dianggap
sebagai Warga Negara Burma –pent).
Lalu pemandu jalan dan beberapa penumpang bus turun dan meminta agar
massa teroris itu tidak melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap
seluruh penumpang. Namun para teroris itu tidak menghiraukan mereka dan
memasuki bus secara paksa, lalu berteriak pada para penumpang bahwa
mereka mencari "orang-orang asing". Kemudian mereka mulai memukuli dan
menyeret para Jamaah Muslim turun ke jalanan. Para teroris Rakhine yang
berjumlah sekitar 300 orang itupun mengeroyok beberapa Jamaah Muslim
hingga tewas. Lalu setelah itu massa teroris itu juga menghancurkan dan
membakar bus tersebut.
Anehnya, massa sebelumnya telah berkumpul di depan gerbang kantor
Imigrasi pemerintah, namun tidak ada satupun pihak yang berwenang yang
berusaha membubarkan mereka sebelumnya. Dan pada saat kejadian itupun
tidak terlihat adanya aparat maupun petugas kantor Imigrasi yang
berusaha mencegah pembantaian itu.
Berdasarkan daftar yang beredar, delapan
korban Muslim yang berangkat dari Masjid Tachan Pai ke Tandwe, semuanya
berasal dari Burma tengah. Berikut data mereka:
Muhammad Sharief @ U Ne Pwe s / o U Ahmed Suban, 58 8/Ta Ka Ta (N) 095548, dari Taung Twin Gyi
Muhammad Hanif @ U Maung Ni s / o U kay sufi Pe, 65 8/Ta Ka Ta (N) 095530, dari Taung Twin Gyi
Shafield Bai @ U Aye Lwin s / o UA Hpoe Gyi, 52 8/Ta ka Ta (N) 093573, dari Taung Gyi Twin
Aslam Bai @ U Aung Myint s / o U Hla Maung, 508/Ta ka Ta (N) 094557, dari Taung Twin Gyi
Balai Bai @ Tayzar Myint s / o U Yakub, 288/Ta ka Ta (N) 189815, dari Taung Twin Gyi
Shuaib @ Tin Maung Htwe s / o U Tin Oo, 218/Ta ka Ta (N) 231084, dari Taung Twin Gyi
Salim Bai @ Aung Kyaw Bo Bo s / o U Tun Tun Zaw, 2614/Ma La Na (N) 231084, dari Myaung Mya
Lukman Bai @ Nyi Nyi Zaw Htut s / o U Ibrahim, 3314/Ma La Na (N) 148133, dari Myaung Mya
Dan dua korban lainnya adalah pasangan suami istri dari kota Thandwe,
merupakan awak bus. Para korban pun dikuburkan di Tandwe pada malamnya.
Lima Jamaah lainnya berhasil melarikan diri dari pembunuhan brutal
itu.
Lalu untuk merayakan hal itu, para teroris Rakhine meludahi dan
mengguyur mayat-mayat kaum Muslimin yang tergeletak di tengah jalan itu
dengan anggur dan minuman keras. Namun anehnya pula, tidak ada satupun
orang yang ditangkap dan tidak ada tindakan hukum terhdapa para pembunuh
itu.
Para Petugas Keamanan Rakhine Menjarah dan Membakar Seluruh Property Kaum Muslimin Rohingnya Dengan Alasan Uu No. 144
Pemberlakuan UU no. 144 oleh Otoritas Burma, memaksa komunitas Muslim
Rohingnya dari Maungdaw tidak dapat keluar dari rumahnya ketika Aparat
memasuki area mereka. Namun di sisi lain, orang-orang Rakhine bebas
berkeliaran sehingga merekapun dengan bebas menyerang, menjarah dan
membunuhi kaum muslimin di sana.
Anehnya personil keamanan Burma itu, malah
berusaha melindungi orang-orang Budha Rakhine, ketika mereka sedang
mempersiapkan diri untuk membakar rumah penduduk Muslim Rohingnya.
Menurut seorang tetua Maungdaw bahwa
Personil keamanan melepaskan tembakan secara memababi buta ke arah
kerumunan Muslim Rohingya yang berusaha melindungi harta dan properti
mereka.
Pada 8 Juni 2012, Personil Keamanan dan orang-orang
Budha Rakhine melakukan penyerangan. Mereka membakar rumah beberapa
orang yakni Razak, Lalu dan Syed Ahmad. Lebih dari lima toko pakaian di
jarah, dimana total kerugian sekitar 150.000.000 kyat. Satu masjid di
desa Sawmawna dihancurkan. Dan lebih dari 200 Muslim Rohingnya terluka.
Pada tanggal 9 Juni 2012, terjadi
penyerangan oleh para teroris rasis Budha Rakhine dan Aparat Keamanan,
dimana 100 orang tewas dan hampir 500 orang terluka.
Pembantaian Terhadap Kaum Muslim di Arakan Terus Terjadi Meskipun
Pihak Tentara Telah Menyatakan Mereka Sudah Mengontrol Situasi yang
Ada Sebagian besar kaum Muslimin Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh
dari Akyab. Hal ini karena terror dan kekerasan yang terjadi di Negara
bagian Arakan tersebut, dimana desa-desa Muslim Rohingnya dibakar dan
banyak Muslim Rohingnya yang dibunuh oleh Polisi, Aparat Kemanan dan
para teroris Budha. Kaum Muslimin Rohingnya pun berbondong-bondong
menuju Bangladesh, yang mana mereka berpikir bahwa Bangladesh adalah
Negara Islam, sehingga karena sesame Muslim maka mereka akan di bantu.
Sayangnya, thaghut murtad Pemerintah Bangladesh dan tentaranya
menolak dan melarang Muslim Rohingnya memasuki Bangladesh. Dan jika ada
Muslim setempat (Bangladesh) memberi bantuan atau menampung para
pengungsi Muslim Rohingnya, maka mereka akan ditangkap dan bagi Muslim
Rohingnya maka mereka akan di deportasi.
Semenjak 8 Juni 2012, pihak berwenang Burma baru-baru ini mendirikan
sebuah ruang sidang khusus di dalam Kantor Polisi Maungdaw. Seorang
Tetua setempat mengatakan, "Pengadilan Khusus itu digunakan untuk Muslim
Rohingya yang ditangkap oleh Polisi, Nasaka (Pasukan Keamanan
Perbatasan) dan Tentara; dengan tuduhan menciptakan masalah dan
kerusuhan di Maungdaw. Tidak ada argumen maupun pembelaan dari terdakwa
di Pengadilan Khusus ini. Dimana hakim hanya membaca pernyataan lalu
mengirim mereka ke penjara. "
Siapapun tidak bisa menemukan kerabatnya, jika telah ditangkap oleh
pihak berwenang. Dan mereka pun tidak mengetahui kapan dan bagaimana
kerabatnya itu akan disidang di Pengadilan Khusus itu, kata seorang
Politisi Maungdaw. Ini merupakan taktik baru yang dilakukan Otoritas
Budha Burma, dalam memperkosa wanita Muslimah Rohingnya. Hal ini membuat
tidak ada tempat aman bagi para Muslimah Rohingnya di Maungdaw. Kata
seorang Politisi Maungdaw, "Semenjak 8-19 Juni 2012, telah tercatat
lebih dari 60 perempuan diperkosa di Maungdaw oleh para Petugas Keamanan
– baik itu Polisi, Hluntin (Pasukan Keamanan), Nasaka, dan Tentara-
bersama dengan orang-orang Budha Rakhine dan Natala (pemukim baru)."
Pemerkosaan dan penyerangan itu dilakukan secara licik. Dimana
sebelumnya, Pihak berwenang mengajak seluruh laki-laki di wajibkan untuk
datang ke pertemuan mereka. Sementara semua orang melakukan pertemuan,
Pasukan Keamanan-pun dikirimkan untuk memasuki dan menyerang desa-desa
tersebut. Sebagian besar Muslimah Rohingnya yang tinggal di rumah mereka
-pun diperkosa oleh Petugas Keamanan bersama orang-orang Budha Rakhine
dan Natala. Mereka-pun menghancurkan dan menjarah harta yang ada.
Berdasarkan keterangan dari para korban di Paungzarr, mereka menyatakan
bahwa, "Pihak Keamanan - Tentara dan Nasaka - memasuki desa pada malam
harinya ketika para lelaki mengikuti pertemuan oleh Pihak Berwenang.
Para lelaki semuanya keluar menghadiri pertemuan karena takut ditangkap
jika tidak berangkat.
Kemudian dengan liciknya Pasukan Keamanan memasuki rumah-rumah,
dengan alasan hendak mengecek, adakah keluarganya yang tidak hadir dalam
pertemuan itu. Lalu setelah itu merekapun diperkosa dengan keji."
Muslim tidak dilindungi di Arakan (Maungdaw dan Akyab) oleh pasukan
keamanan – baik itu Nasaka, Hluntin, maupun Polisi - yang mana mereka
telah menjelma menjadi "kekuatan pembunuh". Alih-alih mereka melindungi
orang-orang yang tidak berdaya, mengendalikan situasi, dan memulihkan
hukum dan ketertiban. Malah mereka mengamuk dan membakar
desa-desa Muslim dan menembak orang-orang yang berusaha melarikan diri
dari rumah-rumah yang terbakar.
Jam malam yang diberlakukan hanyalah upaya untuk melakukan pembunuhan
secara sistematis terhadap Muslim di kota Akyab dan kota Maungdaw.
Dimana ketika jam malam tiba, "orang-orang suci Budha" bersama para
pengikutnya dari Arakan turun ke jalan-jalan, bersama-sama dengan
Pasukan Keamanan. Mereka berjalan menuju ke desa-desa Muslim secara
bersama-sama. Sesampai di sana, mereka mulai membanjiri tanah dengan
darah Muslim Rohingnya, lalu memerahkan langit dengan api yang membakar
desa dan properti kaum Muslimin Rohingnya. Dan membuat malam yang sunyi,
penuh dengan teriakan dan ketakutan. Hasbunalloh Wani'mal Wakil….
Sya'ban 1433 Juli 2012 Source: (Echo of Jihad Center for Media) Global Islamic Media Front Mengamati Berita Mujahidin dan Menginspirasi orang-orang mukmin
JAKARTA - Sejumlah organisasi massa (ormas) Islam
meminta pemerintah menggagalkan rencana perluasan Kedutaan Besar Amerika
Serikat yang terletak di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, tak jauh dari
tugu Monas dan Istana Negara.Permintaan tersebut terungkap dalam rapat para tokoh dan
perwakilan ormas Islam di kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia, di Jakarta,
Selasa (31/07/2012).
Hadir dalam rapat tersebut, antara lain, perwakilan dari PP
Permusi, Perti, Hidayatullah, Taruna Muslim, Persis, dan KAHMI.
"Pada prinsipnya, membangun gedung di Indonesia ini
bukan masalah. Namun, ketika pihak yang membangun tersebut adalah sebuah negara
yang sering bertindak zalim kepada umat Islam, maka kita harus
menolaknya," ungkap juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto.
Ungkapan Ismail ini disetujui oleh seluruh peserta rapat.
"Ini persoalan penting," jelas Bachtiar Chamsyah, mantan menteri
sosial yang juga ikut dalam pertemuan tersebut.
Sebab, jelas Bachtiar lagi, bangsa Indonesia sudah sejak
lama disetir oleh Amerika Serikat. Sudah saatnya kini pemerintah Indonesia
menunjukkan kedaulatannya di negaranya sendiri.
Ismail juga menjelaskan, jika rencana pembangunan kembali
gedung Kedubes AS ini berjalan mulus maka Indonesia akan menjadi negara dengan
gedung Kedubes AS terbesar dan termegah di dunia. Negara pertama adalah Irak
dengan luas gedung dan lahan 42 hektar. Negara kedua adalah pakistan dengan 7,2
hektar. Sedang Indonesia, 3,6 hektar.
Laporan Asia Time menunjukkan kedua kantor kedubes tersebut
tak ubahnya seperti pangkalan militer AS. (hdtlh/risalahtauhidnews)